Humor sebagai Kekuatan Karakter

Humor sebagai Kekuatan Karakter

Humor sebagai Kekuatan Karakter

Psikolog positif sangat tertarik dengan peran kekuatan karakter, yang digambarkan sebagai kebajikan yang penting bagi kemajuan manusia (Peterson & Seligman, 2004).

Peterson dan Seligman (2004) mengusulkan enam kebajikan dan 24 kekuatan karakter yang termasuk dalam setiap kategori kebajikan (beberapa contoh di bawah):

Kebijaksanaan dan pengetahuan — Kreativitas & rasa ingin tahu

Kemanusiaan - Kebaikan & cinta

Keadilan - Keadilan & kepemimpinan

Transendensi - Syukur & humor

Hubungan yang diusulkan antara humor dan kesejahteraan positif bersifat intuitif; Masuk akal jika mereka yang memiliki selera humor yang baik akan lebih mampu menghadapi situasi sulit, menikmati hubungan yang lebih kohesif, menemukan humor dalam berbagai pengalaman, dan mendapatkan manfaat dari kesehatan mental dan fisik yang lebih positif (Martin, 2019).

Ide-ide ini didukung oleh penelitian empiris, dan berikut beberapa contohnya:

Terlibat dalam latihan humor dikaitkan dengan suasana hati yang positif (Edwards, 2013) dan penilaian kognitif positif (Maiolino & Kuiper, 2016).

Selera humor dikaitkan dengan peningkatan kepuasan hidup dan kehidupan yang menyenangkan dan menarik (Ruch, Proyer, & Weber, 2010).

Humor telah dilaporkan sebagai salah satu dari delapan kekuatan karakter teratas dan dikaitkan dengan peningkatan kepuasan hidup, keterlibatan hidup, dan kesenangan hidup (Samson & Antonelli, 2013).

Humor adaptif dikaitkan dengan peningkatan suasana hati positif yang stabil dan penurunan suasana hati negatif yang stabil (Cann & Collette, 2014).

Peringatan penting terhadap temuan di atas adalah bahwa jenis humor yang ditunjukkan seseorang juga memainkan peran penting dalam menentukan dampaknya. Gagasan ini terbukti dalam penelitian Cann dan Collette (2014), karena hasil positif dikaitkan dengan humor yang meningkatkan diri.

Sebaliknya, humor yang merugikan (misalnya sarkasme dan humor yang meremehkan diri sendiri) diyakini berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti berkurangnya kualitas hubungan dan rendahnya harga diri (Martin, 2019). Oleh karena itu, tidak adanya humor yang merugikan sama pentingnya dengan kehadiran gaya humor prososial (Martin, 2019).

Temuan ini didukung oleh penelitian lain, seperti yang dilakukan oleh Maiolino dan Kuiper (2016), yang menyelidiki kemampuan humor untuk memprediksi hasil positif.

Para peneliti menemukan bahwa kesejahteraan yang lebih baik dikaitkan dengan humor yang bersifat afiliatif dan meningkatkan diri, sedangkan penurunan kesejahteraan dikaitkan dengan humor yang agresif dan merugikan diri sendiri (Maiolino & Kuiper, 2016).

Demikian pula, dalam ulasan mereka, Stieger, Formann, dan Burger (2011) melaporkan bahwa humor yang merugikan diri sendiri dikaitkan dengan depresi dan kesepian, sedangkan humor yang meningkatkan diri dikaitkan dengan hasil yang bermanfaat.


Share this Post

follow me

Promo Terbaru

Dapatkan Promo Terbaik MMS Sekarang Juga.